Yayasan Word
Bagikan halaman ini



DEMOKRASI ADALAH PEMERINTAH DIRI

Harold W. Percival

BAGIAN II

MENYEIMBANGKAN PERASAAN DAN KEINGINAN

Manusia, pria atau wanita, adalah makhluk yang tidak seimbang, secara fisik dan psikis. Pria itu mendominasi wanita yang belum berkembang di dalam dirinya, dan ia secara inheren bergantung pada wanita untuk menyeimbangkannya. Wanita itu mendominasi pria yang belum berkembang di dalam dirinya, dan dia tentu saja bergantung pada pria untuk menyeimbangkan dirinya. Tetapi tidak ada perempuan yang dapat menyeimbangkan laki-laki dan laki-laki tidak dapat menyeimbangkan perempuan, karena sisi yang tidak berkembang dalam diri seseorang tidak pernah dapat diseimbangkan dari luar, dan tidak pernah dapat diseimbangkan dengan sisi yang mendominasi dari yang lain. Satu-satunya cara yang mungkin bagi seorang pria atau wanita untuk seimbang adalah agar sisi wanita yang belum berkembang dari pria dikembangkan secara setara dengan sisi pria, dan agar sisi pria wanita yang belum berkembang dari wanita itu dikembangkan agar sama. dengan sisi wanita. Ketika itu dilakukan kedua belah pihak tidak akan berlanjut sebagai pihak, juga hasilnya tidak akan menjadi jenis kelamin ganda karena pihak atau jenis kelamin akan menghilang seperti itu dengan menjadi yang lengkap dan seimbang, secara fisik dan psikis.

Pria setengah-setengah atau setengah-setengah yang sekarang tidak lengkap, yang sekarang ditakdirkan untuk kekecewaan dalam ide-fatamorgana dari sisi tertekannya dengan melekat pada sisi dominan sisi eksternal, kemudian akan berhenti mencari-cari nya. pasangan diri dalam ilusi refleksi; karena masing-masing akan menemukan pasangannya sendiri dalam realitas lengkap dirinya sendiri. Kemudian si Pelaku — perasaan dan keinginan — akan puas, seimbang, bersatu dengan dirinya sendiri, dan bahagia. Dengan demikian, mereka yang melakukan pekerjaan besar ini akan sadar akan — dan akan masuk ke dalam — dunia baru dan abadi: dunia kecantikan dan kekuatan yang tak terlukiskan.

Mereka akan mengetahui dan merasakan segala sesuatu di dunia fisik seperti apa adanya dan apa adanya. Mereka akan mengambil tempat mereka di antara para dewa di Alam Permanen, bukan sebagai pendatang baru, tetapi seolah-olah mereka selalu ada di sana; karena Pengenal-dan-Pemikir Sang Pelaku dalam setiap manusia ada di sana sekarang, dan menunggu kembalinya sang Pelaku yang diasingkan diri dalam tubuh fisiknya yang dibangkitkan-diri dan abadi sebagai Pelaku dari Sang Pemikir-dan-Mengetahui-sang-Triune Diri .